Total Tayangan Halaman

Rabu, 20 April 2011

TERNAK LELE

  1. Pembuatan kompos
Pengomposan adalah suatu proses pengubahan bahan organik mentah secara alami yang memerlukan waktu relatif lama. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan adanya suatu dekomposer tambahan.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos:
    • Kotoran sapi sebanyak 1 ton
    • Bekatul 100 kg
    • Arang sekam 100 kg
    • Dolomit 25-50 kg
    • Molase / tetes tebu
    • Dekomposer Kusuma Bioplus
    • Air secukupnya.

Cara pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut:
  • Campur kotoran sapi, bekatul, arang sekam, dan dolomit sampai rata
  • Campurkan molase, dekomposer, dan air
  • Penambahan air sesuai dengan kondisi kelembapan bahan. Perkirakan bahwa kadar air bahan adalah 30-40 %
  • Campur semua bahan sampai merata.
  • Bahan ditumpuk dengan ketinggian 40-50 cm.
  • Simpan dalam tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena hujan. Bahan jangan ditutup secara anaerob.
  • Setelah 5 hari lakukan pembalikan, agar kompos matangnya dapat merata dan untuk meratakan kelembapan air di bahan.
  • 5 hari berikutnya lakukan pembalikan kembali.
  • Setelah dibiarkan 5 hari lagi, kompos telah matang dan siap untuk digunakan.
Kompos dalam kolam lele memiliki fungsi sebagai media tumbuh mikroorganisme yang ada dalam kolam. Beberapa bahan tambahan yang ada dalam kompos membuat kandungan dalam kompos lebih lengkap sehingga pertumbuhan mikroorganisme lebih terjamin.

Air hingga ketinggian ± 50 cm

60 cm


Kompos ± 5 – 10 cm
Air awal ketinggian ± 15 cm



  1. Pengkondisian Air
Kondisi air sangat berpengaruh terhadap perkembangan lele. Lele adalah hewan yang habitat alaminya hidup di lumpur. Dengan mengkondisikan kolam menyerupai habitat alami lele, sehingga kondisi tersebut dapat menekan angka kematian lele selama pembudidayaan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
  • Kompos yang telah matang diletakkan di dasar kolam dengan ketinggian 10-20 cm.
  • Tambahkan air di atas kompos dengan ketinggian 30 cm, tambahkan dekomposer sebanyak 200-400 cc ke dalam kolam dengan ukuran 3x4 m2.
  • Diamkan kolam tersebut selama 15 hari.
  • Pada 5 hari pertama, air kolam akan berubah menjadi coklat muda.
  • Pada hari ke-10, warna air kolam akan berubah menjadi cokelat kebiruan bertanda fhitoplanton sudah mulai tumbuh
  • Pada hari ke-15 air kolam akan berwarna coklat kebiru-biruan yang menandakan kolam siap digunakan.

  1. Memilih bibit yang baik
Pemilihan bibit perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan dan tingkat perkembangan lele. Pada satu kali menetas indukan lele akan menghasilkan anakan lele antara 75000-225000 ekor. Anakan tersebut dibesarkan terlebih dahulu selama 25 hari dengan pemberian pakan berupa cacing sutra sebelum digunakan sebagai bibit. Setelah 25 hari, bibit dipisahkan terlebih dahulu berdasarkan ukurannya yaitu ukuran besar, sedang, dan kecil. Bibit lele yang siap dibesarkan memiliki ukuran lolos alat pemisah ukuran diameter 4-5 mm.
  1. Ukuran besar, jumlahnya sekitar 30% dari total bibit. Bibit ukuran besar merupakan bibit kualitas II karena apabila dalam pembesaran akan terjadi kesenjangan kecepatan pertumbuhan. Sehingga nantinya, terjadi kesenjangan ukuran yang sangat nyata dalam satu kolam pembesaran.
  2. Ukuran sedang, jumlahnya sekitar 60% dari total bibit. Merupakan bibit terbaik untuk pembesaran karena pertumbuhannya lebih seragam dan merata.
  3. Ukuran kecil, jumlahnya sekitar 10% dari total bibit. Bibit ini lebih baik tidak digunakan untuk pembesaran karena pertumbuhannya lambat.

  1. Pemberian pakan yang tepat
Kelebihan budidaya lele dengan metode ini adalah tercipatanya pakan alami dari mikroorganisme yang hidup di dalam kolam. Pakan alami tersebut mampu menekan pakan konsentrat dengan jumlah yang signifikan. Akan tetapi untuk meningkatkan laju pertumbuhan lele perlu ditambahkan pakan berupa konsentrat. Ada beberapa metode yang harus dilakukan agar pemberian kosentrat maksimal, yaitu:
  • Pemberian pakan terbaik dilakukan pada pagi hari antara jam 06.00-09.00 dan malam hari pada pukul 18.00-21.00.
  • Pada waktu pemberian pakan, konsentrat terlebih dahulu difermentasi dengan probiotik ikan Kusuma Bioplus minimal 30 menit dan maksimal 12 jam. Fermentasi sore hari ntuk pemberian pagi besoknya, fermentasi pagi untuk pemberian sore atau malam hari.
  • Setiap 1 kg pakan konsentrat diperlukan 3-5 ml probiotik yang terlebih dahulu larutkan dengan air sebanyak 100 - 250 ml ditambahkan 1-2 ml molase untuk setiap kilogram pakan.
  • Larutan yang sudah dibuat dengan volume yang sudah di siapkan disiram/tuangkan ke pakan dan diaduk merata dan biarkan sampai semua air terserap oleh pakan ( 3-5 ml probiotik, 250 ml air untuk 1 kg pakan)
  • Pakan dapat di simpan selama 12 jam agar terjadi proser penguraian external.
  • Larutan probiotik sisa ( bila ada) dapat disimpan dalam wadah yang tertutup, tetapi tidak rapat selama 24 jam.
Selama inkubasi, mikroorganisme yang ada dalam probiotik akan melakukan proses fermentasi untuk memecah rantai protein menjadi lebih pendek sehingga mudah dicerna oleh lele. Proses penyerapan gizi pada lele terjadi di usus halus. Dengan adanya pakan yang telah difermentasi, proses penyerapannya akan lebih maksimal. Penyerapan tersebut dapat meningkatkan akumulasi pakan menjadi daging.
Lele juga perlu ditambahkan makanan tambahan berupa daun pepaya. Daun pepaya mengandung antibiotik alami yang diperlukan oleh lele. Namun, antibiotik tersebut diperlukan dalam jumlah kecil. Sehingga apabila pemberian daun pepaya berlebihan dapat membunuh mikroorganisme dalam kolam dan sisa daun yang tidak termakan juga mempengaruhi proses fermentasi yang mengakibatkan turunnya pH dalam air.
Jumlah keseluruhan konsentrat pakan yang diberikan mulai dari bibit pertama kali masuk sampai pemanenan adalah 80 kg untuk tiap 1000 ekor lele. Apabila dibandingkan dengan budidaya lele konvensional terjadi penghematan konsentrat pakan sebesar 20% atau setiap 1000 ekor, budidaya lele konvensional memerlukan pakan sebanyak 100 kg.